Love Blooming Rose INDONESIA ZAMAN HINDU DAN BUDDHA: SILANG BUDAYA LOKAL DAN GLOBAL ~ BELAJAR ONLINE BERSAMA STELLA

About Author

Senin, 13 Mei 2019

INDONESIA ZAMAN HINDU DAN BUDDHA: SILANG BUDAYA LOKAL DAN GLOBAL


Nilai dan Unsur Budaya yang Berkembang pada Masa Kerajaan Hindu dan Buddha yang Masih Berkelanjutan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia pada Masa Kini
A. Agama
Kepercayaan paling awal masyarakat Nusantara yang diketahui sampai saat ini adalah animisme dan dinamisme. Masyarakat Indonesia mulai menerima kepercayaan Hindu Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Setelah masuknya kedua agama ini, kepercayaan anismisme dan dinamisme tidak ditinggalkan begitu saja tetapi telah terjadi akulturasi di antara keduanya. Kepercayaan Hindu-Budha membawa perubahan pada kehidupan keagamaan misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.

B. Politik & Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu Buddha corak pemerintahan di Nusantara terdiri dari kelompok-kelompok yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Ia dipilih berdasarkan keunggulan fisik dan spiritualnya, sehingga siapa yang kuat dia yang berkuasa. Ketika orang-orang India datang sistem pemerintahan berubaha menjadi kerajaan bercorak Hindu-Buddha, kepala suku pun digantikan oleh seorang raja. Pada saat itu diperkirakan bahwa raja pertama suatu kerajaan adalah kepala suku terkuat yang mempunyai pengaruh besar dan mendapat legitimasi dari Brahmana yang datang ke Nusantara.
Hal ini didasarkan pada sumber kerajaan Kutai yaitu Yupa yang menyebut sebuah upacara Vratyastoma. Peran raja semakin menguat saat muncul anggapan bahwa raja merupakan keturunan dari dewa yang memiliki kekuatan, suci. Sejak saat itu, kedudukan raja tidak lagi dipilih tetappi diwariskan secara turun temurun.
Awalnya masyarakat Nusantara tidak mengenal adanya tingkatan masyarakat, namun mereka sudah memiliki hierarki sosial atau tingkatan masyarakat secara sosial namun tidak spesifik. Setelah masuknya kebudayaan India ke Nusantara dikenalah sistem kasta yang merupakan system pembagian masyarakat berdasarkan kedudukan dalam masyarakat. Dalam agama Hindu dikenal empat kasta, yaitu:
  1. Kasta Brahmana adalah golongan paling atas yang mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual.
  2. Kasta Ksatria adalah golongan tingkat kedua yang terdiri dari para kepala dan anggota lembaga pemerintahan. Pada umumnya golongan ini disebut sebagai prajurit.
  3. Kasta Waisya adalah golongan tingkat ketiga seperti petani, nelayan, pedagang, dan lain-lain. Pada umumnya golongan ini disebut sebagai pedagang.
  4. Kasta Sudra adalah golongan tingkat keempat yang merupakan pelayan bagi ketiga kasta di atasnya.
Di luar empat kasta tersebut, ada beberapa golongan lain yaitu:
  1. Kaum Paria, golongan orang rendahan yang tugasnya melayani para Brahmana dan Ksatria.
  2. Kaum Candala, golongan orang yang berasal dari perkawinan antar warna, bangsa asing.
Dalam agama Buddha hanya terdapat golongan biksu atau biksuni (agamawan), upasaka atau upasika (golongan masyarakat kebanyan). Pembagian golongan bukan tingkatan sosial masyarakat seperti dalam agama Hindu.

C. Seni Bangunan
Seni bangunan Nusantara paling tua yang diketahui hingga saat ini adalah punden berundak. Orang India sendiri membawa tradisi pembuatan candi. Walaupun candi merupakan pengaruh dari India, namun dalam arsitekturnya merupakan perpaduan dengan arsitektur megalitikum berupa punden berundak. Hal ini dapat dilihat dari bangunan candi yang berundak-undak, seperti Candi Borobudur. Terdapat sebuah kitab pedoman yang secara khusus memuat informasi mengenai candi, yaitu kitab Silpasastra. Candi yang ada di Nusantara dibangun dengan memenuhi pedoman dari Silpasastra dan menggabungkan unsur Nusantara. Jenis candi yang ada di Nusantara ada dua, yaitu candi Hindu dan candi Buddha. Baik candi maupun bangunan Hindu Budha yang lain, memiliki perbedan yaitu:
HINDU
ASPEK
BUDHA
Candi makam atau tempat memakamkan abu jenazah raja.
Fungsi
Tempat pemujaan dewa.

Bawah candi: Bhurloka (melambangkan dunia fana).
Tengah candi: Bhurvaloka (melambangkan dunia pembersih atau pemurnian).
Atap candi: Svarloka (melambangkan dunia para dewa).
Bagian
Dasar candi: Kamadhatu (melambangkan kehidupan manusia yang penuh dosa). Tengah candi: Rupadhatu (melambangkan kehidupan manusia yang hanya mementingkan nafsu).
Atas candi: Arupdhatu (melambangkan manusia telah mencapai nirwana
Terdapat ratna.

Puncak
Terdapat stupa.
Arca Trimurti
Arca
Arca Buddha.
Candi Prambanan, Candi Gedong Songo, Candi Sewu, Candi Arjuna, dan Candi Tikus.
Contoh
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Muara Takus, Candi Sari, Candi Muara Bahal,dan Candi Ngawen.
Candi Borobudur yang menceritakan kisah sang Budha dan suasana alam Indonesia.
Relief
Candi Prambanan menceritakan kisah Ramayana.
Selain seni bangunan ada juga patung Buddha berlanggam Gandara yang ditemukan di Bangun, Kutai Kertanegara-Kalimantan Timur dan berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sikendeng, Sulawesi.

D. Pendidikan & Bahasa
Kedatangan India ke Nusantara membawa sistem pendidikan. Awalnya mereka datang untuk memberikan pendidikan mengenai agama kepada masyarakat Indonesia. Para pendeta dari India kemudian mendirikan tempat pendidikan yang disebut pasraman untuk berabagi ilmu agama dan pengetahuan. Perkembangan selanjutnya banyak lulusan terpelajar dari pasraman tersebut yang kemudian menyebar hingga ke India untuk memperdalam agama Kebudayaan India. Pulang dari India mereka menyebarkan agama Hindu Budha.
Pada awalnya masyarakat Nusantara belum mengenal budaya aksara atau tulis, walaupun dipercaya sudah ada bahasa yang asli yang digunakan masyarakat Nusantara. Pengenalan huruf pertama kali dibawa bangsa India dengan Huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Hal ini dapat diketahu dari peninggalan kerajaan di Nusantara yang meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta, contohnya Yupa dan Prasasti Tugu.
Ada juga karya sastra terkenal dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Kitab tersebut memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri karya sastra tersebut bercorak tradisional dan bersifat istana sentris (terbatas pada kalangan istana saja). Karya tersebut diantaranya adalah:
  1. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa politik Airlangga.
  2. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada masa Kerajaan Kediri.
  3. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada masa kerajaan Kediri.
  4. Arjuna Wijaya, karya Mpu Tantular yang disusun pada masa kerajaan Majapahit.
  5. Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada masa kerajaan Majapahit.
  6. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada masa kerajaan Majapahit.
  7. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada masa kerajaan Majapahit.

E. Kalender
Sistem penanggalan dalam agama Hindu dikenal dengan tahun Saka yang dimulai pada tahun 78 Masehi. Di Indonesia terutama di Jawa dan Bali, tahun Saka tersebut berakulturasi dengan sistem penanggalan lokal.
Selain tahun Saka dikenal juga Candrasengkala atau angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata, gambar-gambar atau benda. Contohnya “Sirna Ilang Kertaning Bumi” tahun keruntuhan Kerajaan Majapahit. Sirna= 0, Ilang= 0, Kertaning = 4, Bumi= 1. Angka tersebut harus dibaca dari belakang menjadi 1400 Saka. Candrasangkala berupa gambar atau benda contohnya gambar bulus di dalam mihrab Masjid Agung Demak, peninggalan Islam yang menggunakan tahun Saka ini dibaca melalui bagian-bagian penting bentuknya. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1, 4 kaki berarti angka 4, badan bulus berarti angka 0, dan ekor bulus berarti angka 1. Berdasarkan simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.

0 Comments:

Posting Komentar