Pengertian Konsep Berpikir Sejarah Diakronis dan Sinkronis Beserta Contoh
Sejarah sebagai salah satu bagian dari ilmu sosial, dituntut dapat memberikan ketrampilan praktis bagi siapa saja yang mempelajarinya. Ketrampilan yang dimaksud berkaitan dengan kemampuan berpikir untuk menjawab berbagai permasalahan sosial yang ada di lingkungan sekitar manusia.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam pembelajaran sejarah dikembangkan materi konsep berpikir sejarah. Adapun yang dimaksud dengan berfikir sejarah adalah seperangkat kemampuan berpikir menganalisa dan mengevaluasi sumber sejarah untuk menceritakan kembali peristiwa sejarah yang bermakna.
Dalam upayanya menjelaskan konsep berpikir sejarah, maka sejarawan melakukan pembagian kemampuan berpikir sejarah sebagai berikut :
Menurut KBBI edisi kelima versi mobile milik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Diakronis berarti berkenaan dengan pendekataan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu; bersifat historis.
Sedangkan jika ditelusuri dari asal-usul katanya maka menurut Galtung, diakronis berasal dari kata diachronich, terdiri dari dua kata yaitu dia dalam bahasa latin artinya melalui atau melampaui dan chronicus artinya waktu.
Secara sederhana diakronis dapat diartikan memanjang dalam waktu, namun terbatas dalam ruang. Kemampuan berpikir diakronis sangat mementingkan proses terjadinya sebuah peristiwa, artinya dalam upaya memahami sebuah peristiwa, kita dituntut untuk melakukan penelusuran terhadap masa lalu peristiwa itu.
Sebagai contoh memahami Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan menelusuri perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda pada abad ke-17.
Secara etimologi, kata sinkronis diadopsi dari bahasa Yunani Syn yang berarti dengan dan Khronos yang berarti waktu. Sinkronis bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang terbatas.
Cara berpikir sinkronis memperluas ruang dalam suatu peristiwa. Berpikir sinkronis memahami peristiwa dengan mengabaikan aspek perkembangannya. Berpikir sinkronis menekankan pada aspek struktur peristiwa sejarah. Jadi dapat ditarik kesimpulan jika berpikir sinkronis meluas dalam ruang dan terbatas pada waktu.
Penggunaan berpikir sinkronis dalam sejarah pada perkembanganya telah memberikan sumbangsih melahirkan jenis-jenis penulisan sejarah dalam perspektif yang baru.
Sebagai contoh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dijelaskan dengan menguraikan berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan hubungan internasioal.
Untuk memudahkan pemahaman tentang penggunaan konsep berpikir sejarah diakornis dan sinkronis dalam pemahaman peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, perhatikan gambar di bawah ini :
Konsep berpikir diakronis merupakan ciri khas dari ilmu sejarah, sedangkan berpikir sinkronis lebih sering digunakan oleh ilmu sosial selain sejarah. Meskipun keduanya mempunyai perbedaan dalam cara kerjanya, namun dalam upaya memberikan penjelasan peristiwa sejarah yang holistik (menyeluruh) maka kedua konsep berpikir sejarah itu harus saling melengkapi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam pembelajaran sejarah dikembangkan materi konsep berpikir sejarah. Adapun yang dimaksud dengan berfikir sejarah adalah seperangkat kemampuan berpikir menganalisa dan mengevaluasi sumber sejarah untuk menceritakan kembali peristiwa sejarah yang bermakna.
Dalam upayanya menjelaskan konsep berpikir sejarah, maka sejarawan melakukan pembagian kemampuan berpikir sejarah sebagai berikut :
- Kemampuan Berpikir Diakronis
- Kemampuan Berpikir Sinkronis
1. Kemampuan Berfikir Diakronis
Menurut KBBI edisi kelima versi mobile milik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Diakronis berarti berkenaan dengan pendekataan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu; bersifat historis.
Sedangkan jika ditelusuri dari asal-usul katanya maka menurut Galtung, diakronis berasal dari kata diachronich, terdiri dari dua kata yaitu dia dalam bahasa latin artinya melalui atau melampaui dan chronicus artinya waktu.
Secara sederhana diakronis dapat diartikan memanjang dalam waktu, namun terbatas dalam ruang. Kemampuan berpikir diakronis sangat mementingkan proses terjadinya sebuah peristiwa, artinya dalam upaya memahami sebuah peristiwa, kita dituntut untuk melakukan penelusuran terhadap masa lalu peristiwa itu.
Sebagai contoh memahami Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan menelusuri perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda pada abad ke-17.
2. Kemampuan Berpikir Sinkronis
Secara etimologi, kata sinkronis diadopsi dari bahasa Yunani Syn yang berarti dengan dan Khronos yang berarti waktu. Sinkronis bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang terbatas.
Cara berpikir sinkronis memperluas ruang dalam suatu peristiwa. Berpikir sinkronis memahami peristiwa dengan mengabaikan aspek perkembangannya. Berpikir sinkronis menekankan pada aspek struktur peristiwa sejarah. Jadi dapat ditarik kesimpulan jika berpikir sinkronis meluas dalam ruang dan terbatas pada waktu.
Penggunaan berpikir sinkronis dalam sejarah pada perkembanganya telah memberikan sumbangsih melahirkan jenis-jenis penulisan sejarah dalam perspektif yang baru.
Sebagai contoh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dijelaskan dengan menguraikan berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan hubungan internasioal.
Untuk memudahkan pemahaman tentang penggunaan konsep berpikir sejarah diakornis dan sinkronis dalam pemahaman peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, perhatikan gambar di bawah ini :
Konsep berpikir diakronis merupakan ciri khas dari ilmu sejarah, sedangkan berpikir sinkronis lebih sering digunakan oleh ilmu sosial selain sejarah. Meskipun keduanya mempunyai perbedaan dalam cara kerjanya, namun dalam upaya memberikan penjelasan peristiwa sejarah yang holistik (menyeluruh) maka kedua konsep berpikir sejarah itu harus saling melengkapi.
0 Comments:
Posting Komentar